Minggu, 20 Juli 2014

Menuju Kemenangan Islam

Menuju Kemenangan Islam

Islam merupakan agama yang sempurna. Semua hal di berbagai bidang kehidupan telah diatur jelas di dalam Islam. Ajaran Islam yang sempurna inilah yang menghantarkan muslim sebagai umat penganutnya menyandang predikat umat yang terbaik. Siapa yang memberikan predikat tersebut? Allah berfirman di dalam surat Al Imran ayat 110 :




Artinya : Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Predikat umat terbaik ini langsung diberikan oleh Allah kepada umat Islam. Namun, satu hal penting yang perlu diingat bahwa yang menjadikan muslim kuat adalah Islam sehingga jika muslim benar-benar ber-Islam maka umat islam akan menjadi umat yang terbaik.
 Akan tetapi, keadaan muslim saat ini semakin jauh dari Islam. Islam dipisahkan dari bidang-bidang kehidupan seakan-akan Islam hanyalah mengatur tata cara ibadah kepada Allah saja. Padahal kesempurnaan ajaran Islam ini menjadi sebuah pedoman untuk tercapainya tata kehidupan yang sempurna karena Islam adalah solusi dari berbagai permasalahan yang ada saat ini. Kenyataan ini telah dikatakan oleh Baginda Rasulullah saw di dalam hadits :
 “Akan datang suatu zaman di mana tidak tersisa dari Islam, kecuali tinggal namanya saja, tidak tersisa dari Alquran kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mereka megah dan semarak, tetapi jauh dari petunjuk Allah, ulama- ulama mereka menjadi manusia- manusia paling jahat yang hidup di bawah kolong langit, dari mulut mereka ke luar fitnah dan akan kembali kepada mereka.” (HR Baihaqi)
Berdasarkan hal tersebut, telah jelas bahwa diperlukan segologan manusia yang bergerak untuk memahamkan umat, berjuang di barisan penegakkan kembali syariat-syariat Islam, menjadikan Islam sebagai dasar aturan di setiap bidang kehidupan. Dengan demikian, predikat Khairu Ummat (Umat terbaik) dapat diraih dengan adanya umat yang benar-benar kuat keIslamannya.
Berjuang di jalan ini memang bukan perkara mudah. Butuh pengorbanan. Rasa sakit, lelah, perih, akan hadir di setiap langkah perjuangan ini. Akan tetapi, selalu ada Allah yang akan membuat rasa sakit, lelah, dan perih itu menjadi nikmat tiada tara. Kenikmatan yang tak pernah dapat terbayangkan rasanya. Rasa sakit itu semua akan tergantikan dengan tercapainya tujuan utama dakwah ini, yakni Kemenangan Islam.
Saat semangat meredup, rasa lelah begitu menyelimuti diri, sikap enggan berjuang menyusup ke dalam hati, ingatlah jika kita memutuskan untuk meninggalkan barisan perjuangan ini, pergi menjauh dari dakwah ini, Allah akan menggantikan dengan kaum yang lebih baik.
“... dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.”
(Q.S. Muhammad : 38)
Maka menjadikan Allah sebagai tujuan perjuangan ini adalah sebuah keharusan. Dengan tujuan yang kuat, sikap menyerah, mundur, dan berputus asa tidak akan hinggap  di dalam hati dan pikiran para pejuang dakwah. Sebab, semangat mencari ridlo-Nya telah mengalahkan setiap rasa sakit yang menimpa.
Medan dakwah yang kita hadapi saat ini menuntut kita untuk menjadi kader-kader dakwah yang berkualitas. Dakwah Kampus harus berisi kader-kader yang cerdas, kreatif, ikhlas berjuang, dan mempunyai semangat yang menggelora. Berkomitmen tinggi untuk setia pada barisan perjuangan ini. Kelak rintangan, tantangan, dan cobaan yang pasti menghadang di setiap kaki-kaki ini melangkah, tak akan dapat menggoyahkan keteguhannya untuk tetap berjuang. Kader seperti itulah yang dibutuhkan dalam upaya menggapai kemenangan ini. Ya, kemenangan Islam memang sebuah kepastian. Namun, pertanyaannya adalah
“Apakah kita menjadi bagian dari orang-orang yang memperjuangkan terwujudnya kemenangan itu?”

Allah telah menetapkan : Aku dan Rasul-Ku pasti menang. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa.
(Al Mujadilah : 21)

-Suci Wulandari-


Atasi Krisis Negarawan Muda Indonesia!

Atasi Krisis Negarawan Muda Indonesia!

Apa yang terpintas dalam pikiran kita jika mendengar kata ‘Negarawan’? Seorang pemimpin atau seorang yang duduk di bangku pemerintahan? Ya, mungkin bisa disebut seperti itu. Akan tetapi, dalam pengertian yang lebih luas negarawan adalah seorang yang berperan dan berjasa dalam upaya membangun bangsa dan negaranya sebab orientasi seorang negarawan adalah bagaimana agar negaranya berkembang menjadi lebih maju dan bermatabat. Namun, esensi dari orientasi negarawan itu semakin hari kian memudar karena sebagian dari para politisi –yang menyebut diri sebagai negarawan- yang saat ini duduk di bangku pemerintahan, orientasi mereka telah bergeser tidak lagi untuk memajukan bangsa ini, melainkan untuk kepentingan diri sendiri. Faktanya, banyak kasus korupsi yang kian marak terjadi beberapa tahun belakangan ini. Belum lagi para politisi yang mementingkan kepentingan golongan sehingga kebijakan yang dihasilkan tidak menguntungkan masyarakat. Padahal permasalaan-permasalahan bangsa masih banyak yang harus diselesaikan. Hal ini membuktikan bahwa saat ini Indonesia memang sedang mengalami krisis negarawan.
Indonesia menaruh harapan besar kepada mahasiswa untuk mengatasi krisis negarawan ini. Mahasiswa sebagai calon negarawan diharapkan mampu turut berkontribusi dalam upaya pembangunan bangsa. Namun, pembelajaran menuju negarawan yang baik bukanlah sesuatu yang instan. Mahasiswa harus terlebih dahulu melatih diri dengan ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi di kampus sebagai upaya pembelajaran awal untuk mengatasi permasalahan-permasalahan bangsa yang lebih besar. Hal ini dapat melatih mahasiswa untuk lebih berpikir kritis, berjangka panjang, dan berfokus pada kepentingan masyarakat. Dengan demikian, akan tercipta jiwa pejuang dalam diri mahasiswa serta memunculkan semangat yang menggelora untuk memberikan perubahan pada bangsa. Apabila pemikiran dan karakter yang kuat ini telah tertanam dalam diri mahasiswa, maka tentu peristiwa krisis negarawan ini dapat teratasi.
Keinginan untuk turut berkontribusi serta berperan menjadi negarawan yang kelak mengurusi negara ini adalah sebuah pilihan masing-masing mahasiswa. Namun, perlu ditekankan kembali bahwa masa depan bangsa ini bergantung pada mahasiswa (pemuda) sebagai calon cendekiawan bangsa. Sekarang sebagai mahasiswa, serulah pada diri sendiri dengan mengatakan bahwa
Kami lah calon negarawan muda Indonesia yang akan mengantarkan Indonesia menuju negara yang sejahtera dan lebih bermartabat”.

Insya Allah.. Aamiin
-Suci Wulandari-


"Saya tidak tahu apakah ini adalah langkah terakhir saya."